12 Gaya Populer Pengasuhan ( Parenthogenic )



Bisa dikatakan, 12 gaya populer (parenthogenic) ini justru merupakan gaya pengasuhan sehari-hari para orangtua termasuk saya. Padahal, dampak dari 12 gaya ini sangat tidak baik untuk perkembangan mental anak. Seriius?? Karena 12 gaya ini merupakan kesalahan komunikasi yang menimbulkan dampak verbal abuse, yang dapat merusak jiwa anak dan efeknya baru akan terlihat dalam jangka panjang. Apa saja dampak verbal abuse pada anak? 
  • melemahkan konsep diri
  • mrmbuat anak diam, melawan, tidak peduli, sulit kerjasama
  • menjatuhkan harga diri dan kepercayaan diri anak
  • tidak terbiasa memilih dan mengambil keputusan bagi diri sendiri
  • iri
  • BLAST - boring  lonely angry/afraid stress tired yang akhirnya dapat menyebabkan beberapa penyimpangan sosial (teori Mark Kaselmen) 

hayuk di cek,jika masih terdapat gaya seperti dibawah ini, kita harus segera perbaiki pola pengasuhan kita:

1⃣Memerintah,
contoh: “Mama tidak mau dengar alasan kamu, sekarang masuk kamar dan bereskan kamarmu!”

2⃣Menyalahkan,
contoh: Ketika anak tidak bisa mengerjakan soal PRnya, ayah berkata, “Tuh kan. Itulah akibatnya kalau kamu tidak mendengarkan Ayah dan malas belajar”

3⃣Meremehkan,
contoh: “Masak pakai sepatu sendiri saja tidak bisa, bisanya apa dong Kak?”

4⃣Membandingkan,
contoh: “Kok kamu diminta naik ke panggung saja tidak mau sih Kak, tuh lihat Andi saja mau”

5⃣Memberi cap,
contoh:”Dasar anak bodoh, disuruh beli ini saja salah!”

6⃣Mengancam,
contoh: “Kalau kamu tidak mau makan lagi, kamu tidak akan dapat uang jajan selama seminggu!”

7⃣Menasehati,
contoh: “Makanya, kalau mau makan cuci tangannya dulu, nak… Tangan kan kotor banyak kumannya…”

8⃣Membohongi,
contoh: “Disuntik tidak sakit kok nak, seperti digigit semut aja kok”

9⃣Menghibur,
contoh: Ketika adik menemukan bahwa es krim nya dimakan oleh kakaknya tanpa sepengetahuannya, bunda berkata, “Sudah ya sayang, besok bunda belikan lagi es krimnya, lebih enak dari yang dimakan kakak tadi”

10🔟Mengeritik,
contoh: “Lihat tuh! Masak mengepel masih kotor dimana-mana begitu. Mengepelnya yang benar dong!”

11⃣Menyindir,
contoh: “Hmmm… Pintar ya? Sudah mandi, sekarang main tanah dan pasir lagi”

12⃣Menganalisa,
contoh: “Kalau begitu, yang mengambil bukumu bukan temanmu, mungkin kamu tinggalkan di tempat lain…”

ah, bener kan..? sebagian besar gaya-gaya tersebut sering kita (eh, saya?) praktekan sehari-hari. Jadi bagaimana sebaiknya? Coba kita perhatikan poin-poin berikut :
  1. Jangan berbicara tergesa-gesa
  2. Setiap pribadi (anak) adalah unik
  3. Kenali diri sendiri dan anak, sisihkan waktu untuk bisa berduaan dengan anak
  4. Pahami perbedaan needs dan wants, contoh perilaku anak yang senang bermain (wants) tetapi bagaimanapun juga anak butuh mandi (needs).Pahami kemauannya, kemudian beritahu apa yang menjadi kebutuhannya
  5. Memahami masalah, beri kesempatan berpikir untuk memilih dan mengambil keputusan
  6. Baca bahasa tubuh ( 55-38-7)--> dalam komunikasi 55% berisi bahasa tubuh, 38% suara dan 7% nada suara
  7. Dengarkan pesan, agar anak mau membuka diri.
  8. Mendengarkan dengan aktiv, berikan respon yang sesuai. Sediakan ruang bagi emosinya. 
  9. Gunakan “Pesan Saya” Jika kita yang memiliki masalah terhadap anak, gunakanlah “pesan saya” atau “i-message” yaitu dengan :
  • Ayah/Ibu merasa …. (isi perasaan kita) Kalau kamu …. (isi perilaku anak) Karena… (isi konsekuensi terhadap diri sendiri/orangtua/orang lain
  • Contoh: “Ayah merasa marah kalau kamu tidak mendengarkan ayah bicara karena itu membuat ayah merasa tidak berharga“
           Dalam “pesan kamu”, anak tidak bisa membedakan mana masalahnya dan mana dirinya. Hal                tersebut jika terus menerus dapat melemahkan konsep diri anak.

Dari komunikasi, anak-anak maupun orang dewasa belajar tentang values dan sebagainya. Komunikasi juga menentukan konsp diri anak ( self concept ) yang nantinya akan harga diri ( self value ) dan kepercayaan diri ( self confidence ).




Sumber bacaan :
Materi Cemilan  dari Tim Fasilitator Bunda Sayang 2  - Institut Ibu Profesional
yang bersumber dari catatan seminar ibu Elly Risman (artikel)

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Terimakasih mom..artikelnya luar biasa! 👍👌

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, sama2 mbak semoga bermanfaat ^^

      Hapus

Haloo, terima kasih sudah membaca ! Jika kalian mempunyai pertanyaan terkait artikel ini, silakan drop pertanyaan di kolom komentar, bukan melalui media sosial. Jangan gunakan profil 'unknown' ya .. ( maaf banget niih, komentar 'unknown' dan meninggalkan link hidup tidak saya tampilkan )