[ GAME LEVEL 1 ] Day 1, Tantangan 10 Hari Komunikasi Produktif



Setelah berkali-kali meniupkan mantra 'ojo kalah karo wegah' ke ubun-ubun saya sendiri, akhirnya saya menerima tantangan game kelas Bunda Sayang level 1 ini. Komunikasi produktif. Sebenarnya, walau bukan karena tantangan, saya pun butuh mempraktekkan materi komprod ini. Qadarullah, Faisya (5 th 9 bulan ) sedang tantrum tingkat dewa belakangan ini. Saya sampai curhat ke suami, jangan-jangan ni anak ditempeli sebangsa jin. Pasalnya, ketika keinginannya tidak dituruti, ekspresi wajahnya menjadi sangat marah dan lain dari aura wajah aslinya. Bahkan bisa menggeram dan menggigit. Serem,kan ?

Dulu nggak gitu. Ketika batita sih pernah masa-masa menangis atau merajuk ketika keinginannya tidak dipenuhi. Sampai saya, alhamdulillah merasa berhasil mengatasi itu dengan konsistensi. Tidak selalu menuruti keinginannya walaupun dia mengeluarkan senjata andalan derai air mata anak buaya.



Setelah melalui perenungan mendalam, saya pun pasrah menganalisa dan mengakui jika sifat temperamen Faisya datang dari saya. Salah satu (atau bahkan lebih?) dari 12 gaya pengasuhan populer (parenthogenic) yang seharusnya tidak diterapkan pada anak tetapi malah sering saya lakukan. Yang salah satu efeknya membuat anak melawan, tidak peduli dan sulit diajak bekerja sama.

Nah, sekarang sudah tahu kan salahnya dimana? Jadi mari kita mulai tantangan 10 hari di Game Kelas Bunda Sayang. Saya memilih indikator komprod 'mengendalikan emosi'. Sebenarnya hari pertama saya mulai tanggal 1 Juni 2017. Dari setelah subuh, dimulai dengan drama bangun tidur. Ngamuk dengan alasan tidak dibangunkan makan sahur (padahal nggak puasa juga?!) tarik nafaaas, istighfar... masih aman. Ngamuknya reda sendiri. Menjelang siang mulai banyak permintaannya yang aneh-aneh. Disitu saya merasa gagal. Ketika suara saya meninggi dia pun balas meninggi.. ( Ya Allah ampuni hamba..) . Saya pilih menyingkir. Ke belakang, cuci piring. Barangkali dengan mendengar gemericik air keran emosi saya mencair. Tiba-tiba dari belakang sebuah tangan kecil menjawil bahu saya. Saya menoleh ke samping kanan, sebuah wajah mungil tersenyum lucu sambil mengulurkan tangan kecilnya. 
"Maaf..," katanya
Segera saya peluk bocah mungil itu sambil saya gelitiki pinggangnya, dia terkekeh-kekeh. 
Hari pertama gagal dengan suksesnya, tapi tidak apa-apa. Mengulang lagi di hari ini tanggal 2 Juni 2017. Masih dengan poin yang sama yaitu  'mengendalikan emosi'. Kronologis hari ini tidak jauh beda dengan kemarin. Hanya saja saya sudah lebih tegar. Bangun tidur sudah ancang-ancang mau ngamuk, dengan alasan yang sama, tidak dibangunkan sahur! Saya tepuk-tepuk punggungnya,sambil berkata

"Adek, tadi sudah Umi bangunkan lho.. katanya mau bobo aja.."
"Harus dibangunin sampai banguun!!!"
"Iya deh, besok Umi bangunin sampaaaaiii bangun... sekarang kita bobo lagi yuk..masih gelap nih.."
Wajah yang tadi berekspresi marah perlahan melembut. Sejurus kemudian mulutnya mulai banyak bercerita.. alhamdulillaah..

Tabel komunikasi produktif pada anak


Mission accomplished for bocah, sekarang giliran komprod-in bapaknya. Dari beberapa indikator komprod pada orang dewasa, untuk saat ini, yang paling memungkinkan saya aplikasikan adalah intensity of eye contact. Saya yang biasanya ngomong sambil lalu, berusaha mengubah kebiasaan. Mendekat dan menatap. Tetiba, ada suara cempreng bocah kecil, ''ciee cieee....." Faisya ! haha... 

Tabel poin komunikasi produktif pada pasangan ( orang dewasa )
Hmm, sulit jika belum terbiasa. Semoga dalam 10 hari ke depan saya bisa istiqomah dalam menerapkan komunikasi produktif kepada suami dan anak-anak. Wait and see for tomorrow... 


#level1
#day1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip


catatan :
Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas perkuliahan Bunda Sayang Institut Ibu Profesional

Posting Komentar

0 Komentar